Dalam waktu dekat ini, setidaknya akan tercatat ada 9 koin yang memiliki upcoming projects. Ada beberapa jenis tindakan yang dapat dilakukan oleh para calon koin tersebut dalam upcoming projects ini.
Pertama, melakukan Initial Coin Offering atau ICO. Selanjutnya ada Initial Exchange Offering (IEO), yang merupakan aksi lanjutan dari ICO, karena tanggung jawab manajemen ada di centralized exchange, tidak lagi di emiten tersebut.
Sementara itu, ada bentuk IEO terbaru, yaitu Initial Dex Offering (IDO), yang berlangsung di decentralized exchange. Melalui IDO, trader dapat melakukan trading tanpa membayar biaya transaksi seperti pada proses IEO.
Dari sembilan koin dalam daftar tersebut, Cardashift (CLAP) adalah yang paling mendapat perhatian karena memiliki target yang cukup besar, yakni 8 juta dolar AS dalam rencana ICO-nya. Sementara itu, koin lainnya hanya menargetkan sekitar 100 ribu – 300 ribu dolar AS.
Cardashift sendiri memiliki program launchpad yang dikelola komunitas yang mengumpulkan modal, membangun dan mempercepat startup yang menangani masalah sosial dan lingkungan. Nantinya, token CLAP akan digunakan di ekosistem Cardashift tersebut.
Selain itu, ada juga Duckie Land yang ingin melakukan IDO. Duckie Land merupakan platform game online yang memproduksi Duckie dalam bentuk Non-Fungible Token (NFT).
Nantinya, setiap pengguna yang memainkan game ini akan diberi imbalan berupa aset kripto MMETA atau item dalam sistem game yang tertokenisasi di jaringan blockchain sehingga dapat menghasilkan pendapatan bagi pemiliknya.
Mengenai prospek ICO, IDO dan IEO, investor dan trader aset kripto Afid Sugiono melihat proses tersebut sebagai prospek yang menarik karena dapat menghasilkan keuntungan dalam waktu singkat.
Dia mengatakan bahwa terakhir kali mengikuti proses ICO dari NFT marketplace, dia menghasilkan banya untung. Modal selama ICO tersebut adalah 1,252 dolar AS, dan pada saat peluncuran dua bulan kemudian, dananya meningkat menjadi hampir 200.000 dolarAS.
Afid menjelaskan tidak jarang proses ICO sejatinya hanya sebuah proyek yang dirancang untuk menjalankan scam. Karena itu, ia menyarankan investor yang ingin mencoba terlebih dahulu melakukan beberapa analisis proyek tersebut.
Pertama, lakukan analisis kontrak. Harus dipastikan bahwa kontrak dalam proyek telah diaudit oleh perusahaan audit seperti CertiK, Hacken dan lainnya. Selain itu, kontrak juga harus diverifikasi dan dapat dilihat dari blockchain explorer proyek tersebut. Serta, bukan hasil menduplikasi kontrak serupa. Tidak hanya itu, token harus berupa honeypot, jika tidak, pengguna hanya dapat membeli tapi tidak dapat menjual.
Kedua, analisis holder atau siapa pun yang berinvestasi dalam proyek tersebut. Afid merekomendasikan bahwa wallet developer harus berisi kurang dari 5 persen. Ini menunjukkan distribusi token yang sehat dan mengurangi risiko dump yang bisa terjadi kapan saja karena sebagian besar token dipegang oleh developer.
Ketiga, investor melakukan analisis likuiditas. Menurut Afid, sebanyak 65 persen token idealnya dikunci untuk likuiditas, karena akan memungkinkan developer mengambil proyek terbengkalai jika likuiditas tidak cukup. Untuk mengetahuinya, anda dapat memeriksanya di platform poocoin (BSC), pinksale (BSC), dextools.io (ethereum).
Keempat, analisis website dan media sosial token tersebut. Sebuah proyek biasanya memiliki komunitas online, seperti di Telegram. Investor harus memeriksa ulang apakah grup tersebut aktif berkomunikasi dan berdiskusi, atau hanya penuh dengan bot. Sebagai tips, lebih baik berhati-hati jika komunitasnya pasif.
Kelima, Analisis tim pengembangan. Mulailah dari siapa developer proyek, apa latar belakangnya dan hindari developer anonim. Terakhir, proyek harus terlegitimasi dengan terdaftar di Coinmarketcap atau Coingecko.